Awal
Mula Kesenian Kuda Renggong Sumedang
Kuda Renggong adalah sebutan bagi kuda
yang pandai menari. Karena Kata “Renggong” artinya penari. Kuda Renggong adalah
kudaa penari. Kata Renggong mengambil dari kata “Ronggeng” yang artinya oraang
yang berprofesi sebagai penari yang pada umumnya diperankan oleh perempuan.
Karena istilah itu digunakan untuk binatang peliharaan, maka kata Ronggeng
dirubah menjadi Renggong, untuk sekedar membedakan maksud dan tidak disamakan
dengan manusia.
Pada awalnya sebutan Kuda Renggong atau
Kuda Igel (Kuda yang Menari). Sekitar tahun 1882-1919 pada masa pemerintahan
Kanjeng Aria Suria Atmaja yang dikenal dengan sebutan Pangeran Mekah, beliau
sangan mencintai rakya Sumedang. Sebagi tanda kasih sayangnya diwujudkan dalam
monument yang diebut Lingga. Perhatian Pangeran Aria Suria Atmaja pada sector
pertanian, pertanian, perikanan, dan lingkungan hidup mendapat perhatian yang
utama. Keberhasilan tdalam menata dan mengelola lingkungan kota Sumedang,
sehingga mendapat julukan “Kota Buludru”
Khusus unruk memajukan bidang
perternakan beliau sengaja mendatangkan bibit kuda yang dianggap unggul dari Pulau
Sumba dan Sumbawa. Kuda pada saat itu digunakan oleh para bangsawan sebagaai
alat transportasi dan sebagai kuda pacuan (balap kuda). Pada saat itu kuda di
Sumedang mencapai ratusan ekor karena pada saat itu setiap pamong praja
diperintahkan untuk beternak kuda dan memilikinya. Pada masa itu lahirlah Kuda Renggong. Pada
masa itu para pamong praja banyak menitipkan kudanya, khususnya pada seorang
“Abdi Dalem” bernama Sipan. Sipan adalah anak laki-laki dari Bapak Bidin yang
lahir pada tahun 1870 di Dusun Cikurubu, Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua,
Kab. Sumedang.
Sipan senang mengamati
gerak-gerik/tingkah laku kuda dan yang paling diperhatikan adalah kuda yang
dapat dilatih untuk mengikuti gerak-gerik yang ditunjukkan oleh manusia.
Diusia Sipan yang ke 40 tahun (1910) ia
mulai melatih kuda dalam gerakan tari (renggong) yang diawali ketika dia
memandikan kudanya ada salah satu kudanya yang yang bergoyang dengan gerakan
yang melintang, Sipan pun mengiringnya denga music dog-dog dan angklung sengaja
di datangkan dari Situraja yang dibawa Bapak Empong. Setelah memakia music
gerakan kuda menjadi-jadi.
Dengan dukungan Kanjeng Pangeran Aria
Suria Atmaja, Sipan resmi melaatih dan mengolah gerakan-gerakan kuda. Karena
ketekunaannya Sipan dapat menghasilkan Kuda Renggong. Kuda yang pertama dilatih
oleh Sipan si Cengek dan si Dengek. Kuda Renggong terebut mulai
diperkenalkan pada acara khinatan, keluarga
Kanjeng Pangeran Aria Suria Atmaja dan hasinyaapun menakjubkan. Karena anak dan
keluarganya yang Khitanan menyukainya, setelah itu banyak pemilik kuda yang
melatuh kudanya untuk menjadikannya Kuda Renggong.
Pada tahun 1939 Sipan meninggal dunia
pada umurnya yang ke-68 tahun, keahliannya dalm melatih kuda renggong ia
turunkan pada Sukria
pada jaman sekarang tidak hanya sebagai
pengarak anak sunatan dan pengantin saja tapi banyak digunakan sebagai pengirin
atas penyambutan para pejabatat juga seperti pengarakan kedatangan bupati.
Selain di sumedang Kuda Renggong pun
terdapat di luar pulau Jawa yaitu di daerah Sulawesi. Perbedaan antara Kuda
Renggong Sumedang dan Sulawesi terdapat pada acara/fungsi dari kuda renggong
itu sendiri jika di Sumedang untuk acara khinatan,pernikahan, penyambutan tamu
penting, dsb maka di daerah Sulawesi orang yang menunggang kuda renggong itu adalah
orang yang telah khatam Al Quran dan orang yang baru kembali dari Tanah suci
untuk menunaikan ibadah haji.
Pertunjukan
Kuda Renggong, jelas muncul musik pengiring yang berbeda. Musik pengiring Kuda
Renggong di desa-desa, biasanya cukup sederhana, karena umumnya keterbatasan
kemampuan untuk memiliki alat-alat musik (waditra) yang baik. Umumnya
terdiri dari kendang, bedug,
goong, trompet, genjring
kemprang, ketuk,
dan kecrek. Ditambah dengan pembawa alat-alat suara
(speaker toa, ampli sederhana, mike sederhana). Sementara musik pengiring Kuda
Renggong di dalam festival, biasanya berlomba lebih "canggih" dengan
penambahan peralatan musik terompet, Bass, keyboard organ, simbal, drum, tamtam,
dll. Juga di dalam alat-alat suaranya.
Pada
pertunjukan kuda renggong pada jaman sekarang kesenian kuda renggong
ditampilkan bersama dengan penari dan di iringi dengan para pemusik. Penari
dalam kuda renggong biaa nya berjumlah 5-6 orang. Ada dua macam penari dalam
kuda renggong yaitu penari dengan pakaian biasa atau kostum penari sendiri dan
penari kedok geol. Kedok geol adalah para penari yang ketika pentas menggunakan
topeng beserta kostumnya, topeng yang di pakaipun memiliki nama masing masing
seperti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar